Masjid PDM Kulon Progo Kehilangan Ruh?
(Bahan Renungan Bersama)
Oleh: Dr. K.H. Tohari, S.Sy., S.Th.I., M.S.I.
Oleh: Dr. K.H. Tohari, S.Sy., S.Th.I., M.S.I.
(Ketua MTT PDM Kulon Progo)
Tadi malam, saya memaksakan diri untuk shalat Maghrib di Masjid KH Ahmad Dahlan setelah pulang rapat dari MTT PWM DIY. Rencananya, saya akan melanjutkan kegiatan rutin mengisi pengajian Tafsir Ibnu Katsir di Masjid Pancasila, Kapanewon Temon.
Namun, suasana masjid selepas shalat Maghrib begitu sepi, laksana kuburan. Saya duduk sejenak sambil bergumam dalam hati: “Bukankah ini masjid pusat peradaban Muhammadiyah terdepan di Kulon Progo? Seharusnya denyut nadi kegiatan harian, pekanan, bulanan, hingga tahunan terpampang jelas di depan masjid, dengan program-program yang mencerahkan dan berkemajuan, bukan hanya untuk warga Muhammadiyah tetapi juga masyarakat luas.”
Pertanyaan pun muncul: siapakah di antara pengurus PDM, PCM, Takmir, maupun individu dari majelis-majelis PDM Kulon Progo yang memiliki keterpanggilan untuk duduk bersama, berdiskusi, bahkan sekadar sambil ngopi di Kafe Buya H. Juremi, membicarakan program kemasjidan serta pengelolaannya 24 jam di Masjid KH Ahmad Dahlan?
Tadi malam, saya memaksakan diri untuk shalat Maghrib di Masjid KH Ahmad Dahlan setelah pulang rapat dari MTT PWM DIY. Rencananya, saya akan melanjutkan kegiatan rutin mengisi pengajian Tafsir Ibnu Katsir di Masjid Pancasila, Kapanewon Temon.
Namun, suasana masjid selepas shalat Maghrib begitu sepi, laksana kuburan. Saya duduk sejenak sambil bergumam dalam hati: “Bukankah ini masjid pusat peradaban Muhammadiyah terdepan di Kulon Progo? Seharusnya denyut nadi kegiatan harian, pekanan, bulanan, hingga tahunan terpampang jelas di depan masjid, dengan program-program yang mencerahkan dan berkemajuan, bukan hanya untuk warga Muhammadiyah tetapi juga masyarakat luas.”
Pertanyaan pun muncul: siapakah di antara pengurus PDM, PCM, Takmir, maupun individu dari majelis-majelis PDM Kulon Progo yang memiliki keterpanggilan untuk duduk bersama, berdiskusi, bahkan sekadar sambil ngopi di Kafe Buya H. Juremi, membicarakan program kemasjidan serta pengelolaannya 24 jam di Masjid KH Ahmad Dahlan?
Bayangan Kegiatan Ideal
Dalam benak saya, setidaknya ada agenda minimalis yang bisa diwujudkan di masjid ini:
- Subuh: Shalat berjamaah, dilanjutkan ngaji Al-Qur’an dan kajian Tafsir At-Tanwir PP Tarjih Muhammadiyah hingga pukul 06.00.
- Pagi (06.00–08.00): Kajian ekonomi keummatan.
- Menjelang siang (08.00–11.00): Perbaikan bacaan Al-Qur’an secara rutin bagi guru-guru AUM mulai TK–SMA secara bergilir.
- Menjelang Dhuhur (11.00–12.00): Waktu istirahat (qailulah).
- Dhuhur: Shalat berjamaah, dilanjutkan kajian Sirah Nabi secara bertahap hingga pukul 13.00.
- Siang (13.00–15.00): Pembinaan kesehatan mental bagi siswa SD–SMA secara bergiliran.
- Ashar: Shalat berjamaah, dilanjutkan kajian Putusan Tarjih jilid 1–9 hingga pukul 16.00.
- Sore hingga Maghrib: Penguatan kajian teori dan praktik bidang ekonomi, UKM Muhammadiyah, kesehatan, pertanian, hingga properti.
- Maghrib–Isya: Tadarus Al-Qur’an manhaji Muhammadiyah.
- Isya–21.00: Kajian kitab hadis seperti Arbain, Riyadus Shalihin, atau Bulughul Maram dengan jadwal rutin.
- Pekanannya: Bazar warga Muhammadiyah, kegiatan kepemudaan, dan acara kebersamaan.
Masjid Pusat yang Sepi
Sayangnya, semua itu masih sebatas angan-angan. Yang saya dapati hanyalah masjid sepi, tanpa denyut aktivitas. Padahal, posisinya sangat strategis: berada di jantung PDM Kulon Progo, tepat di pinggir jalan utama.
Lebih memprihatinkan lagi, fasilitas dasar pun belum tersedia. Para musafir yang mampir untuk shalat tidak menemukan suasana hidup, tidak ada marbot 24 jam, fasilitas air minum hangat atau kopi pun tidak tersedia. Kamar mandi terlihat kotor, gayung pun seadanya.
Idealnya, sebuah papan besar bertuliskan “Masjid KH Ahmad Dahlan” berdiri tegak di pinggir jalan, sehingga setiap orang yang melintas dari Purworejo maupun Jogja dapat mengenalinya.
Sayangnya, semua itu masih sebatas angan-angan. Yang saya dapati hanyalah masjid sepi, tanpa denyut aktivitas. Padahal, posisinya sangat strategis: berada di jantung PDM Kulon Progo, tepat di pinggir jalan utama.
Lebih memprihatinkan lagi, fasilitas dasar pun belum tersedia. Para musafir yang mampir untuk shalat tidak menemukan suasana hidup, tidak ada marbot 24 jam, fasilitas air minum hangat atau kopi pun tidak tersedia. Kamar mandi terlihat kotor, gayung pun seadanya.
Idealnya, sebuah papan besar bertuliskan “Masjid KH Ahmad Dahlan” berdiri tegak di pinggir jalan, sehingga setiap orang yang melintas dari Purworejo maupun Jogja dapat mengenalinya.
Ajakan Perubahan
Harapan saya, para pengurus PDM, PCM, PRM, khususnya majelis-majelis terkait serta takmir, bisa tergerak hatinya. Masjid KH Ahmad Dahlan PDM Kulon Progo harus dibenahi agar menjadi masjid percontohan sekaligus pusat kegiatan terbaik di Kulon Progo.
Semoga Allah memberi taufik dan kekuatan untuk mewujudkannya.
Wallahu a’lam.
Harapan saya, para pengurus PDM, PCM, PRM, khususnya majelis-majelis terkait serta takmir, bisa tergerak hatinya. Masjid KH Ahmad Dahlan PDM Kulon Progo harus dibenahi agar menjadi masjid percontohan sekaligus pusat kegiatan terbaik di Kulon Progo.
Semoga Allah memberi taufik dan kekuatan untuk mewujudkannya.
Wallahu a’lam.