Muhammadiyah, sejak awal
abad ke-20, menjadikan pendidikan sebagai kunci untuk membangun masyarakat yang
lebih baik. KH. Ahmad Dahlan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah
(MIDI) pada 1 Desember 1911 di Yogyakarta. Sekolah ini menggabungkan pengajaran
agama Islam dengan pelajaran umum dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Muhammadiyah berkomitmen mengembangkan pendidikan yang
menyeimbangkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, serta menjadi pelopor
pendidikan modern Islam di Indonesia yang terus berkembang hingga ribuan
lembaga pendidikan.
KH Ahmad Dahlan pernah
berkata, "Ilmu adalah pelita hidup, dan agama adalah ruh dari kehidupan
itu sendiri." Kutipan ini sangat relevan dalam konteks pendidikan
modern Muhammadiyah yang terus mengedepankan integrasi antara ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai agama sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pendidikan
Muhammadiyah modern bertujuan mencerdaskan intelektual dan membangun karakter
yang kuat untuk menghadapi globalisasi dan teknologi.
Distribusi Lembaga Pendidikan Muhammadiyah di Seluruh Indonesia: a.) PAUD/TK: 4.673, b). SD/MI: 2.689, c). SMP/MTs: 1.734, d). SMK/SMA/MA: 1.322, Perguruan tinggi (PTMA):172, Total ±10.590. Dengan lebih dari 10.000 amal usaha pendidikan, Muhammadiyah menjadi penyelenggara pendidikan non-pemerintah terbesar di Indonesia (Majelis Dikdasmen & Dikti PP Muhammadiyah, 2025).
Muhammadiyah Kini:
Pendidikan Menjadi Ciri Khas Organisasi. Di tengah perkembangan zaman yang semakin cepat, wajah
Muhammadiyah kini sangat tergantung pada wajah dari bidang pendidikan. Kualitas
dan inovasi dalam sistem pendidikan Muhammadiyah menunjukkan komitmen
organisasi untuk terus memperluas pendidikan sebagai amal usaha utama. Para
pemimpin dalam bidang pendidikan Muhammadiyah menekankan pentingnya pengelolaan
pendidikan yang menyeluruh dan berkembang, dengan menerapkan prinsip ISMUBA
(Islam, Modern, Berkualitas, dan Berkemajuan) sebagai semangat utama untuk menghadapi
perubahan zaman. Muhammadiyah menyadari pentingnya transformasi guru dan kepala
sekolah untuk keberhasilan pendidikan. Fokusnya bukan hanya materi, tetapi juga
metode efektif, karakter baik, dan pengelolaan yang modern.
Tantangan
Pendidikan Muhammadiyah di Masa Depan. Menghadapi masa depan, Muhammadiyah menghadapi tantangan yang semakin
rumit dalam dunia pendidikan, terutama di tengah masa era digital, revolusi
industri 4.0 dan society 5.0. Fenomena era society 5.0/masyarakat
5.0/masyarakat super pintar adalah konsep masyarakat masa depan yang diusulkan
oleh jepang. Masyarakat
5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan
kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat
mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik. Pemanfaatan teknologi canggih
seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), big
data dan robotika untuk memecahkan tantangan sosial, ekonomi dan lingkungan
menjadi hal yang ada di kehidupan bermasyarakat. Digitalisasi pendidikan
memberi peluang sekaligus ancaman. Penerapan pembelajaran online, penggunaan
media sosial untuk dakwah, serta integrasi teknologi modern sangat penting agar
Muhammadiyah bisa beradaptasi dan tetap kompetitif. Namun, ada beberapa
hambatan, seperti kurangnya kemampuan digital sebagian dari para pendidik,
kebutuhan untuk memperbarui kurikulum agar lebih responsif, serta upaya menjaga
nilai-nilai moral generasi muda yang rentan terpengaruh oleh dampak negatif
media digital. Selain masalah teknologi, Muhammadiyah juga harus menghadapi
tantangan dalam pembelajaran yang tidak hanya mengejar cara lama, tetapi mampu
menciptakan inovasi masa depan yang berkelanjutan. Diperlukan strategi
manajerial yang fleksibel, kepemimpinan yang memiliki visi jangka panjang,
serta kerja sama yang harmonis antar seluruh elemen dalam lembaga pendidikan
Muhammadiyah. Dengan begitu, tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa tetap relevan
bagi generasi mendatang, dalam konteks dunia yang terus berubah cepat.
Muhammadiyah Masa
Depan: Harapan dan Arah Strategis Pendidikan. Pendidikan Muhammadiyah perlu terus melakukan
pembaruan dalam kurikulum, menekankan penggabungan nilai-nilai Islam dengan
ilmu pengetahuan modern yang bisa disesuaikan, serta meningkatkan sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi teknologi dan kepribadian yang baik. Dengan
dasar sejarah dan semangat reformasi, Muhammadiyah siap menjadi pelopor dalam
membentuk sumber daya manusia berkualitas dan berkontribusi pada masa depan
pendidikan Indonesia. “Jadilah generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga
peduli dan berakhlak. Pendidikan adalah tangga menuju perubahan, bukan hanya
untuk diri sendiri, tapi juga untuk umat dan bangsa.”— Prof. Haedar Nashir,
Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Penulis:
Endro Haryadi, S.T., M.Pd./NIM. 20250021008894
Mahasiswa Sekolah Ideologi Muhammadiyah (SIM) #1 PWM DIY