
Di usia 113 tahun, Muhammadiyah masih berlari seperti anak muda—meski kadang pengurusnya di setiap tingkatan ada yang masuk kategori S2“sampun sepuh”. Dengan semangat memajukan kesejahteraan bangsa, Muhammadiyah terus tekun membangun pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Bahkan sering lebih tekun daripada kita yang mengecek saldo di tanggal tua. ๐
Namun perjalanan memajukan bangsa tidak selalu berjalan mudah. Salah satu tantangan besar yang masih harus dihadapi adalah minimnya honor guru, terutama di sekolah-sekolah kecil dan pelosok. Guru-guru ini luar biasa: masuk pagi, pulang sore, tetap tersenyum, dan jarang mengeluh. Padahal kalau melihat slip honor, rasanya pantas kalau mereka mendapat penghargaan “Manusia Paling Sabar se-Indonesia”.
Ini untuk menyadarkan, bahwa realita tersebut perlu kita perhatikan. Guru-guru kita sering memegang peran besar membentuk karakter bangsa, tetapi masih bertarung dengan biaya hidup. Tapi seperti biasa, guru Muhammadiyah tetap semangat, tetap mendidik, dan tetap hafal nama semua murid - bahkan yang sering hilang pulpen. ๐
Dalam konteks ini, tema memajukan kesejahteraan bangsa kembali mengingatkan kita bahwa kesejahteraan guru bukan bonus, melainkan pondasi. Tidak mungkin memajukan bangsa kalau orang yang mencerdaskan bangsa belum maju kesejahteraannya. Maka inovasi pembiayaan, kolaborasi, kemandirian amal usaha, dan profesionalitas pengelolaan menjadi PR bersama.
Di sinilah Lazismu hadir melalui program Infaq Peduli Pendidikan, Lazismu berupaya menjadi jembatan kebaikan bagi para guru dan sekolah-sekolah yang membutuhkan. Infaq ini bukan hanya tentang memberi bantuan, tetapi tentang pendidikan agar terus berjalan, mutu tetap terjaga, dan para guru bisa mengajar dengan tenang. Dukungan masyarakat melalui infaq adalah bagian dari jihad kemanusiaan: ringan di tangan, besar manfaatnya.
Meski tantangan ini berat, Muhammadiyah tetap punya gaya khas: serius dalam kerja, tenang dalam masalah, dan selalu ada ruang tawa di tengah rapat - biasanya saat menemukan proposal yang fotocopyannya buret. ๐ Namun dengan gotong royong melalui Infaq Peduli Pendidikan, beban yang besar bisa dipikul bersama.
Menapaki usia 113 tahun, semoga Muhammadiyah semakin kuat menghadirkan keadilan sosial, memberdayakan umat, dan tentu saja meningkatkan kesejahteraan guru, karena guru adalah pahlawan yang tidak minta dipuja - cukup minta honor naik sedikit saja. Hanya berharap honornya tidak kalah tipis dibanding kertas fotokopi. ๐
Selamat Milad Muhammadiyah ke-113. Terus mencerahkan, memberdayakan, dan memajukan kesejahteraan bangsa - dari yang mengajar, yang belajar, hingga yang suka membaca web persyarikatanku.
Meski tantangan ini berat, Muhammadiyah tetap punya gaya khas: serius dalam kerja, tenang dalam masalah, dan selalu ada ruang tawa di tengah rapat - biasanya saat menemukan proposal yang fotocopyannya buret. ๐ Namun dengan gotong royong melalui Infaq Peduli Pendidikan, beban yang besar bisa dipikul bersama.
Menapaki usia 113 tahun, semoga Muhammadiyah semakin kuat menghadirkan keadilan sosial, memberdayakan umat, dan tentu saja meningkatkan kesejahteraan guru, karena guru adalah pahlawan yang tidak minta dipuja - cukup minta honor naik sedikit saja. Hanya berharap honornya tidak kalah tipis dibanding kertas fotokopi. ๐
Selamat Milad Muhammadiyah ke-113. Terus mencerahkan, memberdayakan, dan memajukan kesejahteraan bangsa - dari yang mengajar, yang belajar, hingga yang suka membaca web persyarikatanku.
Selanjutnya kami tunggu aliran kebaikanmu.
Opini oleh: Heri Susanto
