Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Materi HSB 1 Juni 2025

Selasa, 27 Mei 2025 | 12.11 WIB Last Updated 2025-05-28T07:51:10Z

HSB 1 Juni 2025
Ustadz:
Dr. M. Busyro Muqoddas, SH, M.Hum.
(Ketua PP Muhammadiyah)

Materi:

"JIWA TENANG MENUJU KELUARGA DAN MASYARAKAT BERKEADILAN"
PDM Kulonprogo
1 Juni 2025
Muh. Busyro Muqoddas


Bismillaahirrahmaanirrahiim

I. PENGANTAR

  1. Apa ukuran keberhasilan hidup manusia? Fisik/jasad/materi/harta/jabatan, atau jiwanya yang tenang? Atau keduanya?

  2. Jika hanya jasad/raga/materi, apa bedanya dengan sifat binatang? (Q.S. Al-A’raaf: 179)

  3. Jika pikiran dan perilaku dikendalikan oleh nafsu untuk memenuhi kebutuhan materi (makan, harta, jabatan, kekuasaan, suap pejabat/penegak hukum), apakah itu manusia sejati (fitri/otentik), atau justru berkarakter seperti binatang?

  4. Jika seseorang bersikap rakus, serakah, serba doyan, suka berbohong, melakukan penipuan, kekerasan kenegaraan, ingkar janji terhadap umat dan rakyat, terlibat suap dalam Pilkada/Pemilu/Pilpres, serta mengadu domba antarumat, dan memilih pemimpin berdasarkan suap (risywah), apakah itu jalan kemuliaan atau justru kesesatan akhlak dan kehancuran jiwa? (Lihat Q.S. Asy-Syams: 9, dan bait lagu kebangsaan: "Bangunlah Jiwanya")

  5. Sebaliknya, jika rasa (hati nurani) dan pikiran (akal sehat) berfungsi sempurna, itulah keberhasilan hidup yang lurus dan hanief.

  6. Hidup yang hakiki tercermin dari amal sholeh apabila:

    • (1) Sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah/Hadits (lihat Q.S. Ibrahim: 24–27).

    • (2) Menghasilkan manfaat positif bagi sesama (kesejahteraan, keadilan, kedamaian). “Khairunnaas anfa’uhum linnaas.”

    • (3) Dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih yang mencemari niat, cara, dan tujuannya.

    • (4) Membangun ketenangan jiwa serta ketenteraman keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (masyarakat yang sakinah, mawaddah, warahmah).

    • (5) Memperkaya kualitas iman, ilmu agama dan umum, keislaman, kenikmatan beribadah, dan rasa kemanusiaan tanpa diskriminasi suku, keturunan, status sosial, dan agama (Islam rahmatan lil ‘aalamiin, wasathiyah, yang konsisten menegakkan keadilan sosial, politik, ekonomi, hukum, dan HAM).


II. BEBERAPA CONTOH JIWA TENANG DAN WAFAT HUSNUL KHATIMAH

  1. Alm. Hj. Bukhori, pengasuh Rumah Yatim Piatu Aisyiyah Yogyakarta, wafat (1985) setelah berwudhu dan menuju jamaah salat Isya di Masjid Islah. Beliau pengamal jamaah masjid.

  2. Hakim H. Sam’ani, SH, Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, wafat dalam keadaan rukuk. Sebelumnya beliau mengharap wafat seperti ibunya yang meninggal dalam sujud.

  3. Mantan Intel TNI yang menyesali masa lalunya, mengalami stroke bertahun-tahun, menyadari kesalahan, meminta maaf kepada yang dizalimi, dan wafat sebagai jamaah masjid yang aktif.

  4. Dokter, tenaga kesehatan, petani, buruh, nelayan, guru, pelayan masyarakat, PNS/ASN, politisi jujur, anggota TNI/Polri, dan pejuang keadilan—yang wafat dalam pengabdian kepada rakyat—telah memenuhi kriteria husnul khatimah (lihat Q.S. An-Nahl: 32).


III. PENYEBAB JIWA TENANG DAN WAFAT HUSNUL KHATIMAH

  1. Tertib salat: khusyu’, disiplin, suci dari pakaian dan tempat salat.

  2. Aktif beramal saleh dan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan sesuai syariah sebagai modal sosial untuk mewujudkan keadilan sosial-ekonomi.

  3. Memperkuat ketahanan keluarga di bidang keislaman, ilmu, ekonomi, dan kepemimpinan.

  4. Mencari rezeki yang halal dan membelanjakannya dengan benar (tidak boros). (Q.S. Al-Furqan: 67)

  5. Bermanfaat bagi sesama, menolong dan tidak menzalimi.

  6. Berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar dengan sabar, ikhlas, lembut, menggembirakan, dan tegas. Tetap waspada terhadap infiltrasi radikalisme dan eksklusivisme politik yang memecah ukhuwah dan merusak jamaah Muhammadiyah.

  7. Meresapi makna takbir, doa-doa dalam salat, serta salam penutup yang membawa pesan keselamatan, kedamaian, rahmat, dan keberkahan.


IV. CARA DAN AMALIAH UNTUK MEMPEROLEH JIWA TENANG

  1. Selalu mengingat Allah SWT:

    "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."
    (Q.S. Ar-Ra’d: 28)

  2. Ikhlas, jujur, bersyukur atas nikmat Allah dengan cara berbasis ilmu, profesional, dan produktif.

  3. Memperbanyak amal saleh:

    • Pendidikan anak dengan keseimbangan ilmu agama dan umum.

    • Pengembangan keterampilan dan enterpreneurship yang jujur dan profesional.


V. SURGA KHUSUS HANYA BAGI MUKMIN YANG BERJIWA TENANG

“Wahai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

(Q.S. Al-Fajr: 27–30)


KESIMPULAN

  1. Jadikan rumah tangga barakah:
    Salat berjamaah di rumah/masjid, tadarus Al-Qur’an dengan tadabbur, dan sedekah sesuai kemampuan (harta, pikiran, tenaga, waktu).

  2. Masyarakat sejahtera dimulai dari keluarga sejahtera.
    Kesejahteraan yang paling berharga adalah kesejahteraan ruhani/spiritual, yang hanya bisa diraih dengan amal saleh sesuai ajaran Islam. Kesejahteraan spiritual menjadi dasar untuk mencapai kesejahteraan materi secara halal dan barakah (lihat Q.S. Ibrahim: 24–26).

  3. Pendidikan adalah kunci utama:
    “Jika ingin sukses dunia, pakailah ilmu. Jika ingin sukses akhirat, pakailah ilmu. Jika ingin sukses keduanya, pakailah ilmu.”
    Dengan ilmu, kesejahteraan ekonomi, kesehatan, dan ketenangan jiwa dapat diraih.
    Kaderisasi ulama melalui PUTM dan PP MTT perlu diprioritaskan. (Q.S. At-Taubah: 122)