Kulon Progo — Pengajian khusus pimpinan Muhammadiyah Kulon Progo kembali digelar pada Rabu malam, 6 Agustus 2025, bertepatan dengan malam Kamis pertama di bulan tersebut. Kegiatan rutin bulanan ini bertempat di Aula Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kulon Progo, Kompleks Muhammadiyah Business Center, Jl. KH. Ahmad Dahlan, Dalangan, Wates.
Pengajian kali ini diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PDM Kulon Progo, dengan menghadirkan narasumber Dr. Riduwan, SE., M.Ag., dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam paparannya, Dr. Riduwan menjelaskan secara komprehensif mengenai pentingnya penguatan bank syariah di lingkungan Muhammadiyah. Salah satu peserta, Suryono, mengajukan pertanyaan mengenai perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah. Pertanyaan ini mendapat perhatian khusus dari narasumber.
"Perbedaan mendasar terletak pada akad yang digunakan. Bank syariah menjalankan transaksi berdasarkan prinsip-prinsip Islam, sehingga lebih sesuai dengan tuntunan syar’i," jelas Dr. Riduwan. Ia menambahkan bahwa bank konvensional, dari sudut pandang hukum Islam, mengandung unsur riba yang diharamkan, sehingga umat Islam dianjurkan untuk segera beralih ke bank syariah. "Bagi Persyarikatan Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), menggunakan bank syariah tidak hanya aman secara syar’i, tapi juga memudahkan dalam pembukuan keuangan yang kompleks dari berbagai AUM dan kegiatan dakwah,” ujarnya.
Namun demikian, Dr. Riduwan juga menyoroti fenomena bahwa tidak semua pemilik bank syariah di Indonesia adalah Muslim. Hal ini karena sifatnya sebagai entitas bisnis keuangan, sehingga terbuka bagi siapa pun. Ia menekankan bahwa meskipun pelaku usaha mungkin tidak berpakaian islami, mereka tetap memanfaatkan sistem syariah sebagai model bisnis karena potensi dana umat yang besar.
"Regulasi perbankan syariah selalu berupaya menyesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam, meskipun masih ada tantangan dari pihak-pihak yang kurang senang dengan potensi besar bank syariah," ungkapnya.
Sementara itu, salah satu peserta yang juga merupakan Bendahara PDM menyampaikan rasa syukurnya atas semangat dan antusiasme para pimpinan Muhammadiyah, baik dari tingkat daerah hingga ranting.
“Alhamdulillah, ruangan penuh. Bahkan yang dari Dekso pun selalu hadir rutin. Inilah jiwa pimpinan, ngaji sebulan sekali bersama di PDM tentu terasa ringan dan menyenangkan,” ujarnya penuh semangat.
Terkait isu penggabungan bank-bank milik Persyarikatan Muhammadiyah, Dr. Riduwan menjelaskan bahwa saat ini sedang dilakukan proses konsolidasi. Sesuai regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank-bank dalam satu yayasan harus berada dalam satu entitas dengan satu nama.
“Bank-bank syariah Muhammadiyah yang sebelumnya dikelola oleh wilayah-wilayah secara mandiri akan digabung. Setelah masing-masing siap secara operasional, akan diproses untuk menjadi satu bank Muhammadiyah secara nasional. Tentunya proses ini dilakukan dengan pencermatan dan evaluasi yang matang oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” pungkasnya.