Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Teladan Tak Pernah Mati, Rosyad Sholeh dalam Kenangan

Senin, 04 Agustus 2025 | 16.48 WIB Last Updated 2025-08-05T07:51:35Z


Rabu, 30 Juli 2025, di sela-sela rapat pleno Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kulon Progo, KH Juremi menyampaikan kabar duka: Drs. H. Rosyad Sholeh, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005–2010, telah berpulang ke rahmatullah. Keesokan harinya, dipimpin oleh KH Musthofa Kamal, PDM Kulon Progo bertakziah ke rumah duka di Tinalan, Kotagede, Yogyakarta.


Almarhum merupakan sosok yang menjadi rujukan keteladanan dalam Muhammadiyah. Ia lahir dari pasangan KH Ahmad Sholeh Hasyim dan Hj. Siti Mursyidah. Ayahandanya, seorang ulama besar yang pernah menuntut ilmu di Mekkah hingga sebelum Perang Dunia II (Sustiwi & Fadmi, 2012), wafat saat Rosyad masih berusia belia. Tahun 1949, Rosyad Sholeh mulai mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren dan Madrasah As-Salam Cepu, yang diasuh oleh KH Ustman—menantu dari kakeknya, KH Muhammad Hasyim.


Perjalanan intelektual dan spiritualnya membentang dari Bojonegoro, Yogyakarta, Medan, hingga kembali lagi ke Yogyakarta. Ketertarikannya pada Muhammadiyah bermula ketika ia menempuh pendidikan di PHIN (Pendidikan Hakim Islam Negeri), tempat ia berguru kepada para tokoh Muhammadiyah, seperti Djarnawi Hadikusumo. Semangat tajdid dan pembaruan pun mulai membentuk jiwanya.


Tahun 1961, ia dipercaya menjadi Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Medan Baru. Setahun berikutnya, menjadi Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Sumatra Utara. Setelah kembali ke Yogyakarta, beliau melanjutkan kiprah sebagai Sekretaris Pemuda Muhammadiyah DIY.


Rosyad Sholeh, bersama Muhammad Djazmam Al Kindi dan Sudibyo Markus, turut mendirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Perjuangan mendirikan IMM bukan hal yang mudah. Mereka harus meyakinkan banyak pihak internal mengenai urgensi hadirnya IMM, di tengah eksistensi organisasi lain seperti HMI. Upaya panjang ini akhirnya berbuah hasil dengan diterbitkannya Enam Penegasan PP Muhammadiyah pada 14 Maret 1964 oleh KH Ahmad Badawi—yang menjadi tonggak berdirinya IMM.


Rosyad Sholeh menjadi Pimpinan IMM Lokal DIY pada 1964 dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal DPP IMM pada 1965. Kiprahnya di IMM terus berlanjut hingga tahun 1977.


Sejak 1975, beliau aktif di PP Muhammadiyah. Ia menjabat sebagai Sekretaris PP Muhammadiyah sejak 1985 hingga 1999, kemudian sebagai Wakil Ketua PP Muhammadiyah periode 2000–2005, dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah pada 2005–2010. Hingga akhir hayatnya, beliau tetap menjadi konsultan ahli di PP Muhammadiyah. Di luar struktur persyarikatan, Rosyad Sholeh juga pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY pada 1988–1993.


Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi seluruh keluarga besar Muhammadiyah. Ia adalah figur yang menapaki perjuangan dari bawah, penuh ketekunan dan keikhlasan. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, menyebutnya sebagai “kamusnya Muhammadiyah”—satu ungkapan penuh hormat terhadap keluasan wawasan dan pengalaman beliau.


Bagi kader IMM, beliau adalah teladan nyata dari pendiri yang dapat disaksikan langsung jejak perjuangannya. Ketua Fokal IMM Kulon Progo, Ari Gunawan, mengajak seluruh alumni dan kader aktif untuk meneladani semangat, kebaikan, dan perjuangan almarhum. Sekretaris PC IMM Kulon Progo periode pertama (2007–2008), yang juga Wakil Ketua Fokal IMM Kulon Progo, turut menyampaikan rasa duka mendalam atas wafatnya tokoh besar ini.


Semoga amal kebaikan dan perjuangan beliau menjadi cahaya di alam keabadian, serta menginspirasi generasi penerus untuk terus berjuang di jalan Islam berkemajuan.