Yogyakarta – Dalam pengajian khusus pimpinan Muhammadiyah disampaikan bahwa ketidakadilan akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu, Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi gerakan yang memperjuangkan hadirnya keadilan sosial secara nyata.
Empat Kategori Muhammadiyah
Dalam pemaparan materi, dijelaskan bahwa Muhammadiyah memiliki empat kategori:
-
Muhammadiyah Formal – dibuktikan dengan kepemilikan Nomor Baku Muhammadiyah (NBM), tanpa memandang latar belakang.
-
Muhammadiyah Struktural – mereka yang aktif sebagai pengurus, dari tingkat bawah hingga pusat.
-
Muhammadiyah Amaliyah – tidak memiliki NBM, tidak menjadi pengurus, tetapi amalannya selaras dengan nilai-nilai Muhammadiyah.
-
Muhammadiyah Kultural – bukan pengurus, tidak memiliki NBM, amalannya belum tentu Muhammadiyah, tetapi mengikuti kultur persyarikatan, seperti mengenakan celana panjang atau salat di lapangan.
Selain itu, dipaparkan pula empat jenis orang Muhammadiyah:
-
Tidak mencari penghidupan dari Muhammadiyah, tetapi berjuang sepenuh hati.
-
Hidup dari Muhammadiyah (bekerja di amal usaha), sekaligus tetap mengabdi.
-
Hidup dari Muhammadiyah, tetapi tidak aktif.
-
Hidup dari Muhammadiyah, tetapi justru memusuhi persyarikatan.
Jejak Kepemimpinan
Hingga kini Muhammadiyah telah memiliki 15 ketua umum. KH Ahmad Dahlan menjadi yang pertama, Fakih Usman tercatat sebagai ketua tertua, sedangkan Mas Mansur menjadi yang termuda. AR Fahrudin juga pernah menjabat sebagai ketua, dan kembali terpilih dalam Muktamar tahun 1990.
Kisah Kesederhanaan
Disampaikan pula kisah-kisah sederhana yang lekat dengan kehidupan tokoh Muhammadiyah. Pada era 1960-an hingga 1970-an, suasana kantor PP Muhammadiyah masih kecil dan sederhana. Mahasiswa yang kost di rumah tokoh Muhammadiyah merasakan langsung nuansa kekeluargaan: masakan disiapkan oleh tuan rumah, adzan dilakukan sendiri jika tidak ada yang bertugas, sementara anak-anak muda diberi kesempatan menjadi imam dan menyampaikan kultum.
Kesederhanaan juga tergambar dalam keseharian. Pernah suatu waktu mahasiswa diminta tidak terlalu sering mengajak makan bakmi karena telur ayam di rumah berkurang setiap kali mereka pergi. Dalam kesempatan lain, seorang mahasiswa diminta mengantar melayat dengan motor saat subuh, menunjukkan keakraban tanpa jarak.
Visi UMY
Pesan ini menjadi peneguh bahwa Muhammadiyah tumbuh bukan hanya dari gagasan besar, tetapi juga dari ketulusan, pengorbanan, dan keikhlasan orang-orang di dalamnya.