Kulon Progo — Muhammadiyah kembali menegaskan eksistensinya sebagai organisasi Islam modern dan berkemajuan. Salah satu buktinya tampak dari kiprah Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kulon Progo yang terus melakukan pembinaan dan pendampingan masyarakat di wilayah lereng Menoreh, terutama di Sayam (Sonyo), Branti (Gunungkelir) dan beberapa wilayah lain di Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo.
Belakangan, muncul komentar miring dari sebagian tokoh setempat yang menuding adanya “kampung mualaf” dan mengaitkannya dengan intoleransi. Namun hasil penelusuran yang dilakukan Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PDM Kulon Progo bersama LDK Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY membuktikan bahwa istilah “kampung mualaf” tidak pernah digunakan secara resmi. Istilah tersebut hanya merupakan ceplosan dari sebagian kecil warga dan tidak memiliki dasar fakta di lapangan.
“Kami tidak pernah menamai wilayah binaan dengan sebutan kampung mualaf. Pendampingan yang dilakukan justru untuk memperkuat spiritualitas dan kemandirian masyarakat tanpa membedakan latar belakang,” jelas Subandi, Ketua LDK PDM Kulon Progo.
Program pembinaan di kawasan tersebut telah berlangsung sejak awal tahun 2000-an, dimulai oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK) dan kini diteruskan oleh LDK. Selama lebih dari dua dekade, kegiatan berjalan dengan damai tanpa gejolak sosial. Fokus pembinaan diarahkan pada penguatan spiritual, peningkatan ekonomi, dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti ketersediaan air bersih.
“Kegiatan dakwah ini berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, termasuk pemenuhan air bersih yang bermanfaat bagi semua warga tanpa melihat agama atau golongan,” tutur Burhani, Sekretaris LDK Kulon Progo.
Sementara itu, Ridwan Furqoni, Wakil Ketua PWM DIY yang membidangi Lembaga Dakwah Khusus, menyampaikan apresiasi atas langkah pembinaan yang konsisten dilakukan oleh PDM Kulon Progo.
“Pendekatan dakwah Muhammadiyah harus terus menampilkan wajah Islam yang mencerahkan dan menyejahterakan. Apa yang dilakukan PDM Kulon Progo melalui LDK menjadi contoh nyata dakwah bil hal yang berkemajuan,” ungkapnya.
PDM Kulon Progo, Alip, menegaskan bahwa dakwah Muhammadiyah selalu berpijak pada semangat Islam rahmatan lil ‘alamin. “Muhammadiyah hadir bukan untuk memecah belah, melainkan untuk menghadirkan solusi. Kami ingin membantu masyarakat agar berdaya, sejahtera, dan tetap rukun dalam keberagaman,” ujarnya.
Melalui kegiatan pembinaan dan pemberdayaan ini, Muhammadiyah kembali menunjukkan jati dirinya sebagai gerakan Islam berkemajuan yang tidak hanya berdakwah dengan kata-kata, tetapi juga dengan kerja nyata untuk kemaslahatan umat dan bangsa.