Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Surau Akal IMM Kulon Progo: Membaca Ulang Pengasuhan Lewat Kisah-Kisah “On Children”

Minggu, 16 November 2025 | 16.02 WIB Last Updated 2025-11-16T09:04:17Z

Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kulon Progo, khususnya Bidang IMMawati dan KPK, kembali menghadirkan ruang belajar publik bertajuk Surau Akal. Pada edisi kali ini, tema yang diangkat adalah “Bekal Pengasuhan Anak dengan Hati: Tips dan Strategi untuk Calon Orang Tua.”

Acara yang berlangsung pada Sabtu, 15 November 2025, dimulai pukul 15.30 WIB di Alun-Alun Wates sisi Utara, menghadirkan M. Noor Bassam Al Fakhri, Sekbid Hikpol KP & LH, sebagai pemateri. Sesi ini dirancang sebagai wadah refleksi bagi para calon orang tua agar memahami dinamika psikologis anak dan tantangan pengasuhan di era penuh tekanan kompetisi.

Menggugah Lewat Kisah: “On Children” Karya Wu Xiaole

Dalam pemaparannya, Bassam mengangkat salah satu karya yang relevan dengan tema pengasuhan, yakni buku On Children karya Wu Xiaole. Buku tersebut berisi pengalaman penulis ketika mengajar privat anak-anak di Taiwan sebuah masyarakat dengan budaya belajar yang ketat dan kompetitif.

Situasi ini mendorong banyak orang tua menuntut anak meraih nilai tinggi demi masa depan yang dianggap mapan. Namun, tekanan akademik justru kerap melahirkan stres, rasa tidak mampu, dan hubungan keluarga yang renggang.

Menariknya, meski ulasan di internet umumnya menyoroti hubungan orang tua dan anak, Wu Xiaole menawarkan pandangan yang lebih luas yakni motivasi belajar tidak semata dipengaruhi pola asuh, tetapi juga kultur sosial dan kondisi ekonomi. Faktor-faktor eksternal ini membentuk cara anak memandang diri, sekolah, dan masa depannya.

Potret Anak-Anak di Tengah Tekanan

Wu Xiaole menghadirkan kisah anak-anak didiknya dengan nama panggilan yang mencerminkan karakter sebagai berikut:

1. “Si Kacamata” Pandai, Tapi Tidak Dipercaya

Anak ini sering dianggap bodoh oleh orang tuanya karena lambat memahami soal tertulis. Padahal, ketika dijelaskan secara lisan, ia mampu mengikuti materi. Tekanan untuk mencapai nilai tinggi malah membuatnya semakin terpuruk dan kehilangan kepercayaan diri.

2. “Si Patuh” Cerdas, Namun Terluka Oleh Keluarganya

Meski terlihat ramah dan sering memamerkan kemampuannya, Si Patuh hidup dengan beban batin yang berat. Ayahnya berselingkuh, sementara ibunya kerap membawa pasangan baru ke rumah. Situasi itu membuatnya bingung, tidak nyaman, dan perlahan nilai sekolahnya menurun.

Puncaknya, sang ibu menyatakan bahwa ia “bukan anak yang diharapkan”. Ia kemudian diasuh oleh neneknya dengan sejumlah kompensasi dari pihak keluarga. Walau sempat terpuruk, di akhir kisah ia mulai menemukan kembali ketenangan hidup bersama neneknya.

3. Ruowa: Anak yang Mudah Dicap

Ruowa kerap dicurigai memiliki ADHD oleh sang ibu, meskipun belum tentu demikian. Stigma ini membuat hubungan mereka dipenuhi kecemasan dan kontrol berlebihan.

4. Xiaoye: Dimanja Namun Tertekan Ekspektasi

Lahir dari keluarga dokter, Xiaoye diharapkan mengikuti jejak orang tuanya. Namun karena terlalu dimanjakan dan tidak dibiasakan menghadapi kesulitan, ia tumbuh kurang bersemangat dan kesulitan memahami pelajaran.

Kisah-kisah dalam On Children menyadarkan bahwa tumbuh kembang anak dipengaruhi banyak aspek. Orang tua memang memegang peran penting, namun budaya kompetitif, tekanan sosial, dan kondisi ekonomi keluarga juga membentuk cara anak menyerap pelajaran dan membangun motivasi.

Melalui Surau Akal, IMM Kulon Progo mengajak peserta terutama para calon orang tua untuk melihat pengasuhan bukan sekadar soal mendidik, tetapi juga memahami konteks yang memengaruhi dunia batin anak. Dengan begitu, pendampingan yang diberikan bukan hanya berbasis tuntutan, tetapi juga empati dan kesadaran lingkungan sosial.