Dalam sambutannya, Alip Mulyono menyampaikan bahwa pengajian ini merupakan pengajian khusus pimpinan, sehingga diharapkan para penasehat, anggota pleno, majelis, dan lembaga dapat hadir secara rutin setiap Rabu malam Kamis di Ahad pertama. Lebih jauh, beliau berharap agar masing-masing Ortom, PCM/PCA, PRM/PRM, serta AUM dapat bergabung dalam acara rutin ini, sehingga pemahaman bermuhammadiyah atau berideologi Muhammadiyah bisa semakin meningkat dan tercas kembali.
Selanjutnya, Alfian Darmawan, salah satu pendiri Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), mengawali ceramahnya dengan sebuah ilustrasi. Ia bercerita tentang seekor kayak di Kalimantan yang dapat melompat sejauh 0,5 meter. Suatu ketika, ada orang gila bertemu dengan seorang profesor. Profesor tersebut bertanya:
"Jika ada sungai selebar 30 meter, berapa kali lompatan yang dibutuhkan kayak untuk menyeberang?"
Cerita ini menjadi gambaran kondisi Indonesia saat ini. Banyak orang yang pandai berhitung, penuh teori, dan pandai berwacana, tetapi jauh dari realitas lapangan. Karena itu, Muhammadiyah dituntut untuk bekerja bukan hanya dalam tataran teori, melainkan juga dengan aksi nyata langsung di lapangan.
Dalam penjelasannya, Alfian mengutip Surat Ali Imran ayat 104 dan 110. Ia menekankan bahwa KH. Ahmad Dahlan memilih dua ayat ini bukan tanpa alasan, melainkan karena inti persoalannya adalah umat. Ada ajakan yang berlaku sepanjang masa, yaitu amar makruf nahi munkar.
Muhammadiyah, kata Alfian, memiliki tugas suci untuk selalu dan terus-menerus menegakkan amar makruf nahi munkar dalam kondisi apa pun. KH. Ahmad Dahlan bercita-cita agar umat Muhammad dapat melaksanakan Islam secara sebenar-benarnya.
Salah satu cara untuk mewujudkan cita-cita itu adalah dengan memiliki power atau kekuasaan. Sebab, dengan kekuasaanlah keadaan dapat diubah menuju kebaikan.