Dalam kitab "Kasful Asrar" oleh Abdul ‘Aziz bin Ahmad al-Bukhary, menjelaskan bahwa di antara tujuan Allah SWT mensyariatkan ibadah kepada manusia adalah, untuk memberi perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan juga harta manusia. Demikian halnya dengan syariat kurban bagi kita orang-orang yang beriman.
“Sehingga siapapun di antara kita yang menunaikan rangkaian Idul Qurban dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan syarat rukunnya, pastilah kita akan mencapai tujuan akhir ibadah tersebut, yaitu kedekatan kita dengan Allah SWT,” ucapnya pada Kamis (4/6).
Ketaqwaan dan dekatnya jiwa kita kepada Allah pada hakikatnya memerdekakan jiwa manusia, lepas dari ketergantungan terhadap makhluk, karena sesungguhnya Ia hanya bergantung kepada Dzat yang Maha segala dan kepatuhan segala.
Ketika umat Islam di negeri ini menjalankan shalat Idul Adha dan berdatangan saudara-saudara kita kaum muslim sedunia sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci. Ketiganya merupakan amalan ibadah kepada Allah, dengan tujuan ber-taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
Penghambaan setiap Muslim dalam mendekatkan diri kepada Allah mengandung makna dan konsekuensi berupa kepasrahan diri yang tulus atau ikhlas hanya karena Allah, bukan karena lainnya. Sebab kepasrahan yang jamak atau autokritik (talbanif) akan menjadikan setiap diri mensejajarkan jiwa, ketundukan hanya kepada Allah Yang Maha Esa, sekaligus merawat setiap perilaku agar tetap lurus di jalan benar dan tidak terjerembab ke jurang bathil dan kemusyrikan.
Pada saat yang sama melalui ibadah itu seorang Muslim mengkhidmati diri untuk selalu berbuat ihsan atau kebaikan yang utama dalam kehidupan sesama dan lingkungannya.
“Ibadah yang kita tunaikan termasuk shalat Idul Adha, berqurban, dan berhaji semestinya dapat menyuburkan jiwa ketaqwaan sekaligus meredam atau bahkan mengendalikan nafsu hewaniah kita,” jelas Ikhwan.
Menurutnya, mereka yang hidupnya ikhlas akan mampu membebaskan diri dari hasrat-hasrat sesaat, seraya melintas batas ke peran-peran utama sarat makna seperti toleran, santun, suka menolong, berbagi, dan peduli. Mereka berbuat mulia atas nama Allah bagi kemanusiaan semesta.
Sesama manusia saling menjunjung tinggi martabat. Laki-laki dan perempuan saling menghormati dan memuliakan. Siapapun yang diberi akses kekuasaan dan kekayaan yang lebih seogianya dia berikan maka harus rela.
“Hari berkorban bagi sesama, lebih-lebih bagi mereka yang membutuhkan. Semuanya dilandasi spirit pengorbanan yang memiliki dasar pada ajaran Ilahi yang melahirkan tindakan-tindakan berego dan peduli pada sesama yang mengerahkan. Menurut ajaran Nabi, ‘Wa-Ullahi fiya 'auni al-'Abdi maa daama al-'Abdu fiy 'auni akhihi’, bahwa Allah berada di tengah para hamba sejauh hamba-hamba itu membela sesamanya,” papar Ikhwan.
Pada saat ini tidak sedikit manusia terjangkiti virus egoisme, yakni sebab hanya mementingkan diri dan kelompok sendiri. Demi kecentangan golongan sendiri rela mengorbankan kepentingan sesama, bahkan terhadap sesama. Aji mumpung kekuasaan tumbuh di mana-mana, dan sifat kasih sayang atau welas asih seolah menjadi mutiara yang hilang untuk ditemukan kembali.
Bagi mukmin sejati bahwa ibadah haji, kurban, dan ibadah-ibadah lainnya harus menjadikan dirinya semakin dekat dengan Allah dan berbuat kebaikan bagi sesama dalam jalinan habluminallah dan habluminannas yang harmonis.
Jika setiap muslim memiliki relasi habluminallah dan habluminannas yang baik dan seimbang, maka akan melahirkan kehidupan yang utama di dunia dan akhirat. Sebaliknya, merosotnya habluminallah dan habluminannas tidak terjalin baik, maka terjadi kerusakan dalam kehidupan manusia, umat sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 112 yang artinya:
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas". (QS Ali Imran: 112).
Oleh karena itu, Ikhwan mengajak kepada seluruh umat Islam untuk menjadikan Iduladha sebagai jalan bertaqarrub dan merdeka dari ketergantungan pada makhluk. "Berkurban bukan sekadar ritual, tapi bentuk cinta dan kepatuhan kepada Sang Pencipta,” ajaknya.
sumber: https://news.mediamu.com